Bahwa
sesuatu yg rusak itu (seharusnya) terlebih dahulu diperbaiki, bukan (langsung)
dibuang atau diganti. Dulu, sebelum menikah, suami ini pernah meminjam buku
istrinya yang sudah sobek-sobek covernya. Pas ngembaliin, buku itu tetiba
menjadi rapi jilidnya. Ternyata, dia menata ulang cover buku sang istri agar
kondisinya layak baca seperti sedia kala. Saat ditanya kenapa memperbaiki
bukunya, dia berkata.
"Mas
suka memperbaiki yang rusak biar jadi bagus lagi."
Tadinya,
istri ini berpikir ini hanyalah rayuan gombal pemuda yang tengah berusaha
menarik hatinya. Tapi kemudian setelah menikah dia membuktikan ucapannya tempo
hari.
Suatu
hari saat menyiapkan kamar khusus untuk sang bayi sebelum ia lahir.
"Mas,
lemari ini mau di buang kemana yah?"
Tanya
sang istri yg tengah membuncit perutnya sambil menunjuk seonggok lemari buku yg
usang, pintu-pintunya telah hilang, baris-baris raknya udah pada copot.
"Eh
lemari yg mana? Yang ini? Yang ini sih masih bisa diperbaiki sayaang."
"Oh
ya?"
Lalu
suami ini pun mengambil perkakas tukang.
Tak
tok tak tok tak tok.
Dipakunya
kaitan-kaitan yg lepas, disusunnya baris-baris rak buku itu dengan rapi
kembali, dilakukannya semua itu dengan ringan, tanpa beban tanpa keluhan.
Laluuu
Voila!
Lemari
itu berubah seperti baru lagi. Kokoh dan kuat untuk kembali diisi buku-buku
istri tercinta yg beratnya bisa mencapai berkilo-kilo sendiri. Belakangan, bisa
juga buat rumah sementara Halo Balita milik sang buah hati.
Melihat
rak bukunya bisa dipake lagi, sang istri berbinar matanya, bahagia sampai ke
hati.
"Pah,
kayaknya kita perlu beli jemuran baru dech."
"Lho
emang kenapa?"
"Tadi
mamah buru-buru mindahin jemuran sampe jemurannya kepentok pintu , terus
kakinya jadi patah satu, jadi gak bisa berdiri tuh jemurannya, mesti njemur di
jemuran tali dech."
"Mana
jemurannya?"
"Itu."
"Ah,
ini sih gampang dibenerin mamaaah."
Daan
disambunglah kaki jemuran itu dengan sebatang kayu ranting pepohonan. Diikat
kencang-kencang agar kuat menopang patahan. Meski terlihat usang, jemuran pun
kembali bisa digunakan.
Ah
bahagia memang barangkali sesederha ini. Melihat sesuatu yang rusak bisa digunakan
kembali.
Suami
itu terus menunjukkan pada istrinya bahwa sesuatu yg rusak itu bisa diperbaiki.
Jam dinding, pegangan pintu, pompa air, kipas angin, smartphone, maenan anak,
daan berbagai macam benda yg rusak di rumah dia perbaiki sebisa-bisanya
sendiri.
Bahkan
hati istri yg sendu puun bisa dengan mudah dia perbaiki.
Sang
istri pun akhirnya paham filosofi kehidupan yg diyakini sang suami.
Bahwa
sesuatu yang rusak itu sebisa mungkiiin diperbaiki, bukan untuk dibuang atau
diganti.
Filosofi
itu terus terpatri dalam kehidupan sehari-hari.
Seperti
saat perselisihan terjadi, langkah pertama dilakukan adalah mencari tahu apa yg
harus diperbaiki.
Bisa
jadi itu hanyalah masalah komunikasi.
Bisa
jadi itu hanyalah seorang istri yg sedang menstruasi.
Bisa
jadi itu hanyalah sang suami yg tengah sibuk melembur pekerjaan yg tengah
diamanahi.
Bisa
jadi itu hanyalah seorang istri yg butuh jalan-jalan sekadar mengitari
alun-alun di sore hari.
Atau
hal lainnya yg silakan dicari contohnya sendiri.
Pun
seperti ketika menemukan kerikil-kerikil kekecewaan saat sang kekasih hati
ternyata tak sebaik yg ada dalam angan dan mimpi, selalu ada yg bisa
diperbaiki.
Pertama-tama
tengoklah hati kita sendiri.
Sudahkah
mampu melihat segalanya dengan kesyukuran yg tiada henti.
Bahwa
suami yg malas mandi dan suka kentut ituu adalah suami yg tak segan
memperjuangkan segalanya demi anak istri.
Bahwa
suami yang suka meletakkan handuk sembarangan ini adalah suami yang selalu
bersegera pulang menjemput rindunya pada anak istri.
Bahwa
istri yg manja dan titisan putri tidur itu adalah istri yg penyayang dan penuh
bakti.
Bahwa
istri yg tak sewangi dan senecis teman kantor itu adalah istri yg dengan rela
dan suka cita seharian menyusui sang buah hati sehingga alih-alih bau parfum
mahal, bajunya bau ASI.
Bahwa
istri yg berkulit kasar, berwajah kusam itu adalah istri yg seharian mengurus
rumah tangga demi bakti nyaa pada suami hingga lupa merawat diri.
Bahwa
rumah yg tak jua rapi setelah adanya buah hati itu adalah rumah yg menentramkan
hati.
Yang
selalu menjadi tempat pulang paling nyaman saat badai masalah tak kunjung reda
dan pergi.
Bahwa
kelebihan dan kekurangan pasangan adalah ujian diri untuk membuktikan cinta
sejati.
Bahwa
perbedaan yang ada adalah anugerah yg memperkaya cara pandang masing-masing
pribadi.
Bahwa
kesempurnaan adalah dongeng yang tak pernah menjadi nyata di dunia ini. Dan
Bahwa
menerima pasangan apa adanya sambil terus saling memperbaiki diri adalah
prinsip utama jalannya roda rumah tangga.
Karena
begitulah kita menikmati cinta.
Ada
kalanya tangis itu perlu agar kita tahu makna bahagia.
Ada
kalanya rindu itu hadir agar kita tahu indahnya saat bertemu.
Dalam
berumah tangga, kita memang tak akan pernah bisa mendapatkan suami/istri yang
sempurna.
Tapi
sungguh keliru jika menjadikannya alasan untuk mendua atau mencari cinta lain
di luar sana.
Kita
bisa tumbuh bersama, memperbaiki salah atau kekurangan yang ada.
Karena
begitulah filosofi ini berkata, sesuatu yang rusak seyogyanya terlebih dahulu diperbaiki,
bukan terburu-buru dibuang lalu diganti.
(Novika)
No comments:
Post a Comment
Terima Kasih telah berkunjung di pengetahuan kepri, silah kan beri komentar dan saran yag positif.