--> FILOSOFI SUAMI ISTRI | Cerita Dibalik Rumah Tangga Baru | PENGETAHUAN KEPRI

13 December, 2019

FILOSOFI SUAMI ISTRI | Cerita Dibalik Rumah Tangga Baru

| 13 December, 2019


Bahwa sesuatu yg rusak itu (seharusnya) terlebih dahulu diperbaiki, bukan (langsung) dibuang atau diganti. Dulu, sebelum menikah, suami ini pernah meminjam buku istrinya yang sudah sobek-sobek covernya. Pas ngembaliin, buku itu tetiba menjadi rapi jilidnya. Ternyata, dia menata ulang cover buku sang istri agar kondisinya layak baca seperti sedia kala. Saat ditanya kenapa memperbaiki bukunya, dia berkata.

"Mas suka memperbaiki yang rusak biar jadi bagus lagi."
Tadinya, istri ini berpikir ini hanyalah rayuan gombal pemuda yang tengah berusaha menarik hatinya. Tapi kemudian setelah menikah dia membuktikan ucapannya tempo hari.
Suatu hari saat menyiapkan kamar khusus untuk sang bayi sebelum ia lahir.
"Mas, lemari ini mau di buang kemana yah?"
Tanya sang istri yg tengah membuncit perutnya sambil menunjuk seonggok lemari buku yg usang, pintu-pintunya telah hilang, baris-baris raknya udah pada copot.
"Eh lemari yg mana? Yang ini? Yang ini sih masih bisa diperbaiki sayaang."
"Oh ya?"

Lalu suami ini pun mengambil perkakas tukang.
Tak tok tak tok tak tok.
Dipakunya kaitan-kaitan yg lepas, disusunnya baris-baris rak buku itu dengan rapi kembali, dilakukannya semua itu dengan ringan, tanpa beban tanpa keluhan. Laluuu
Voila!
Lemari itu berubah seperti baru lagi. Kokoh dan kuat untuk kembali diisi buku-buku istri tercinta yg beratnya bisa mencapai berkilo-kilo sendiri. Belakangan, bisa juga buat rumah sementara Halo Balita milik sang buah hati.
Melihat rak bukunya bisa dipake lagi, sang istri berbinar matanya, bahagia sampai ke hati.
"Pah, kayaknya kita perlu beli jemuran baru dech."
"Lho emang kenapa?"
"Tadi mamah buru-buru mindahin jemuran sampe jemurannya kepentok pintu , terus kakinya jadi patah satu, jadi gak bisa berdiri tuh jemurannya, mesti njemur di jemuran tali dech."
"Mana jemurannya?"

"Itu."
"Ah, ini sih gampang dibenerin mamaaah."
Daan disambunglah kaki jemuran itu dengan sebatang kayu ranting pepohonan. Diikat kencang-kencang agar kuat menopang patahan. Meski terlihat usang, jemuran pun kembali bisa digunakan.
Ah bahagia memang barangkali sesederha ini. Melihat sesuatu yang rusak bisa digunakan kembali.
Suami itu terus menunjukkan pada istrinya bahwa sesuatu yg rusak itu bisa diperbaiki. Jam dinding, pegangan pintu, pompa air, kipas angin, smartphone, maenan anak, daan berbagai macam benda yg rusak di rumah dia perbaiki sebisa-bisanya sendiri.
Bahkan hati istri yg sendu puun bisa dengan mudah dia perbaiki.
Sang istri pun akhirnya paham filosofi kehidupan yg diyakini sang suami.
Bahwa sesuatu yang rusak itu sebisa mungkiiin diperbaiki, bukan untuk dibuang atau diganti.
Filosofi itu terus terpatri dalam kehidupan sehari-hari.
Seperti saat perselisihan terjadi, langkah pertama dilakukan adalah mencari tahu apa yg harus diperbaiki.
Bisa jadi itu hanyalah masalah komunikasi.
Bisa jadi itu hanyalah seorang istri yg sedang menstruasi.
Bisa jadi itu hanyalah sang suami yg tengah sibuk melembur pekerjaan yg tengah diamanahi.
Bisa jadi itu hanyalah seorang istri yg butuh jalan-jalan sekadar mengitari alun-alun di sore hari.
Atau hal lainnya yg silakan dicari contohnya sendiri.

Pun seperti ketika menemukan kerikil-kerikil kekecewaan saat sang kekasih hati ternyata tak sebaik yg ada dalam angan dan mimpi, selalu ada yg bisa diperbaiki.

Pertama-tama tengoklah hati kita sendiri.
Sudahkah mampu melihat segalanya dengan kesyukuran yg tiada henti.
Bahwa suami yg malas mandi dan suka kentut ituu adalah suami yg tak segan memperjuangkan segalanya demi anak istri.

Bahwa suami yang suka meletakkan handuk sembarangan ini adalah suami yang selalu bersegera pulang menjemput rindunya pada anak istri.
Bahwa istri yg manja dan titisan putri tidur itu adalah istri yg penyayang dan penuh bakti.
Bahwa istri yg tak sewangi dan senecis teman kantor itu adalah istri yg dengan rela dan suka cita seharian menyusui sang buah hati sehingga alih-alih bau parfum mahal, bajunya bau ASI.
Bahwa istri yg berkulit kasar, berwajah kusam itu adalah istri yg seharian mengurus rumah tangga demi bakti nyaa pada suami hingga lupa merawat diri.
Bahwa rumah yg tak jua rapi setelah adanya buah hati itu adalah rumah yg menentramkan hati.
Yang selalu menjadi tempat pulang paling nyaman saat badai masalah tak kunjung reda dan pergi.
Bahwa kelebihan dan kekurangan pasangan adalah ujian diri untuk membuktikan cinta sejati.
Bahwa perbedaan yang ada adalah anugerah yg memperkaya cara pandang masing-masing pribadi.
Bahwa kesempurnaan adalah dongeng yang tak pernah menjadi nyata di dunia ini. Dan
Bahwa menerima pasangan apa adanya sambil terus saling memperbaiki diri adalah prinsip utama jalannya roda rumah tangga.
Karena begitulah kita menikmati cinta.
Ada kalanya tangis itu perlu agar kita tahu makna bahagia.
Ada kalanya rindu itu hadir agar kita tahu indahnya saat bertemu.

Dalam berumah tangga, kita memang tak akan pernah bisa mendapatkan suami/istri yang sempurna.
Tapi sungguh keliru jika menjadikannya alasan untuk mendua atau mencari cinta lain di luar sana.
Kita bisa tumbuh bersama, memperbaiki salah atau kekurangan yang ada.
Karena begitulah filosofi ini berkata, sesuatu yang rusak seyogyanya terlebih dahulu diperbaiki, bukan terburu-buru dibuang lalu diganti.

(Novika)

Related Posts

No comments:

Post a Comment

Terima Kasih telah berkunjung di pengetahuan kepri, silah kan beri komentar dan saran yag positif.