--> Butir-Butir Tunjuk Ajar Melayu | Tamadun | PENGETAHUAN KEPRI

11 November, 2019

Butir-Butir Tunjuk Ajar Melayu | Tamadun

| 11 November, 2019

Butir-Butir Tunjuk Ajar Melayu - 

Menurut H. Tenas Effendy dalam bukunya yang berjudul Tunjuk Ajar Melayu berisi 29 butir-butir tunjuk ajar melayu ditambah dengan 10 tentang petuah dan amanah. Menurut beliau butir-butir adalah isi kandungan dari tunjuk ajar melayu yang dipilah dalam beberapa kategori Dan petuah amanah adalah salah satu bentuk tunjuk ajar melayu yang lazimnya disampaikan langsung oleh seseorang yang lebih tua atau yang dituakan seperti guru kepada muridnya, orang tua kepada anaknya. Di zaman dulu, petuah amanah sering disampaikan dalam upacara-upacara adat. Petuah amanah berisi tentang nasehat dan pelajaran-pelajaran yang baik tentang kehidupan.
Dalam ungkapan disebutkan apa arti atau definisi petuah amanah, yaitu





Yang dikatakan petuah amanah
Turunnya tidak bersambung lidah
Datangnya tidak memakai jarak
Tibanya tidak berperantara
Dekatnya tidak bersekat
Jauhnya tidak bersukat
Berikut butir-butir tunjuk ajar melayu menurut H.Tenas Effendy (2006) :
1.      Ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa
           Orang Melayu, identik dengan orang Islam sebab agama Islam menjadi acuan utama dalam menjalankan kehidupan. Maka, seluruh nilai dan norma-norma sosial merujuk aturan-aturan di dalam agama Islam. Bahkan, mereka yang mualaf, masuk agama Islam, disebut juga sebagai masuk Melayu. Sebaliknya, apabila keluar dari Islam, ia otomatis keluar dari Melayu.
Ungkapan adat orang Melayu menyebutkan:
           Adat bersendi syarak, syarak bersendi kitabullah
           Adat ialah syarak semata
           Adat semata Quran dan Sunnah
           Adat sebenar adat ialah Kitabullah dan Sunnah Nabi
Dalam Tunjuk Ajar Melayu, banyak sekali yang mengandung nilai-nilai luhur ajaran Islam yang bertujuan untuk mengajak orang Melayu selalu meningkatkan ketakwaannya kepada Tuhan Yang Maha Esa. Berikut beberapa butir tunjuk ajar dalam bentuk gurindam:
           Apa tanda Melayu jati
           Bersama Islam hidup dan mati
           Apa tanda Melayu jati
           Islam melekat di dalam hati
           Apa tanda Melayu jati
           Dengan Islam ia bersebati  

1.      Ketaatan kepada Ibu Bapak
Setelah taat atas perintah Allah, ketaatan selanjutnya adalah terhadap orang tua. Bagi orang Melayu, kepatuhan kepada orang tua amat diutamakan dalam kehidupan orang Melayu. Banyak kisah dalam sastra lisan Melayu yang menceritakan tentang kedurhakaan anak terhadap orang tua dan berakhir dengan dikutuknya si anak menjadi batu, burung, pulau, dan lain-lain.
Maka, Tunjuk Ajar Melayu sesungguhnya menjadi sangat penting terutama bagi anak zaman sekarang yang makin hari makin berkurang rasa hormatnya kepada orang tua. Tunjuk ajar mengajarkan kepada anak-anak untuk berbakti dan menjunjung tinggi perintah orang tua.
Dalam Tunjuk Ajar Melayu, ungkapan yang berkaitan dengan ketaatan anak terhadap orang tua dalam bentuk gurindam contohnya adalah:
Apa tanda Melayu jati
Kepada ibu bapa ia berbakti
Apa tanda Melayu jati
Mentaati ibu bapa sepenuh hati
Apa tanda Melayu jati
Ibu bapanya dijunjung tinggi
Apa tanda Melayu berbudi
Membela ibu bapa sampai mati
Apa tanda Melayu beradat
Kepada bapak ibu ia berkhidmat






2.      Ketaatan kepada Pemimpin
Dalam kehidupa manusia pasti kita dihadapkan dengan namanya pemimpin baik dalam skala kecil seperti keluarga maupun skala besar dalam hidup bernegara. Sebagaimana dalam ungkapan adat Melayu mengatakan, “bertuah rumah ada tuanya, bertuah negeri ada pucuknya elok kampung ada tuanya, elok negeri ada rajanya.” Maksudnya tanpa pemimpin tidak akan tercipta kedamaian dan kerukunan. Hadirnya pemimpin untuk ditaati karena layaknya sebuah kapal pemimpin bagaikan nahkoda yang akan menentukan kemana kapal akan dibawa.
Namun meskipun demikian bukan berarti pemimpin tidak pernah salah dan tidak boleh dikritik dan diberikan saran. Ketika seorang pemimpin sudah melenceng dari syarak sebagai pegangan orang Melayu, maka sebaiknya diberikan nasehat untuk mengingatkan atas kekhilafan.

3.      Persatuan dan Kesatuan, Gotong Royong, dan Tenggang Rasa
Beberapa unsur tersebut merupakan jati diri orang Melayu yang sangat dianjurkan. Apalagi dalam konteks sekarang bebrapa unsur ini sangat relevan melihat kondisi Indonesia dengan keberagamannya sebagai kekuatan bangsa seolah mulai terkoyakkan dan jiwa gotong royong yang mulai punai di kehidupan.


4.      Keadilan dan Kebenaran
           Orang tua-tua Melayu menegaskan bahwa takut sarena salah, berani karena benar. Kalimat tersebut mengandung makna bahwa yang benar ya benar, kalu salah ya salah. Bukan sebaiknya, seperti penegakan hukum harus pada jalur yang benar bukan tajam ke bawah dan tumpu ke atas. Dalam prinsip orang melayu keadilan dan kebenaran adalah tonggak utama dalam menegakkan tuah dan menjaga marwah, mengangkat harkat dan martabat, serta mendirikan daulat untuk mewujudkan kewibawaan. Hukum yang adil wajib ditegakkan demi terwujudnya masyarakat yang adil dan sejahtera sebagaimana terdapat dalam sila ke ima dasar negara.

5.      Keutamaan Menuntut Ilmu Pengetahuan
Menuntut ilmu bagi orang Melayu sangatlah penting. Selain anjuran dari agama Islam memang demikian, yaitu untuk menuntut ilmu dari buaian sampai ke liang lahat, menuntut ilmu dapat meningkat kemuliaan seorang Melayu. Dalam sebuah ungkapan dikatakan, “Sebaik-baik manusia banyak ilmunya, seburuk manusia yang buta keta” ataupun ungkapan berikut ini, “Mulia insan karena pengetahuan, hina orang ilmunya kurang.
Dalam tunjuk ajar, contoh ungakapan dalam bentuk gurindam adalah:
Apa tanda Melayu jati
Belajarnya tekun sampai mati
Apa tanda Melayu jati
Belajar dengan sepenuh hati
Apa tanda Melayu jati
Berguru tidak membilang hari

6.      Ikhlas dan Rela Berkorban
Orang Melayu selalu mengajarkan kesetiakawanan sosial yang membentuk tali persaudaraan. Dengan ikhlas dan rela berkorban segala perbuatan dan pekerjaan terasa mudah dilaksanakan meskipun tanpa imbalan. Segala sesuatu dilakukan hanya mengharap Ridho Allah SWT.

7.      Kerja Keras, Rajin, dan Tekun
           Kerja keras, rajin, dan tekun adalah sifat-sifat baik yang harus ditanamkan dalam diri orang Melayu, terutama generasi muda. Hanya dengan kerja keras, rajin, dan tekun, seseorang bisa mencapai cita-citanya, mencapai apa yang diinginkannya.
Orang-orang tua Melayu mengatakan bahwa kejayaan Melayu itu ditentukan oleh kesungguhannya dan ketekunannya dalam bekerja. Sebagaimana bunyi ungkapan berikut ini:
“Kalau Melayu hendak berjaya, bekerja keras dengan sesungguhnya.
Siapa rajin, hidup terjamin.
Siapa tekun, bedaun rimbun.”

8.      Sikap Mandiri dan Percaya Diri
           Sikap mandiri dan percaya diri harus ditanamkan pada generasi muda Melayu sejak dini agar mereka kelak dapat meraih masa depannya dengan lebih baik. Pada zaman ketika persaingan sosial semakin tinggi dengan kompetisi yang ketat, sikap mandiri dan percaya diri untuk generasi muda mutlak diajarkan.
           Dalam berbagai aspek kehidupan, sikap mandiri dan percaya diri sangat perlukan untuk menunjukkan bahwa orang Melayu mampu berdiri dengan kakinya sendiri dan tidak tergantung kepada orang lain. Orang Melayu biasanya menyebut sikap ini dengan “sifat jantan” dan “teguh hati” atau “berani berjalan sendiri.”
                Dalam Tunjuk Ajar Melayu hal ini juga diajarkan dalam ungkapan-ungkapan yang berbentuk gurindam, syair, dan pantun. Berikut ini contohnya:
           Apa tanda Melayu jati
           Di kaki sendiri ia berdiri
           Apa tanda Melayu jati
           Percaya teguh ke diri sendiri
           Apa tanda Melayu jati
           Percaya pada kemampuan diri
9.      Bertanam Budi dan Membalas Budi
           Sebagai mahkluk sosial, manusia pasti selalu berhubungan dengan orang lain. Saling berbagi dan bahu membahu merupakan tugas manusia sebagai mahkluk yang tinggi derajatnya di sisi Tuhan dengan akal dan pikiran yang diberikan. Sehingga dalam berhubungan dengan orang lain dituntut selalu berbuat baik sesamanya dan tau membalas kebaikan orang lain. Dengan kata lain tidak menjadi kacang lupa pada kulitnya atau habis manis sepah dibuang. Disamping itu kalimat bertanam budi dan membalas budi juga mengarah pada pengabdian seorang anak kepada orang tuanya.

10.  Rasa Tanggung Jawab
           Dalam mengharungi hidup dan kehidupan manusia dituntut menjadi pemimpin baik bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain. Kepemimpinan pada diri seseorang ditandai dengan rasa tanggung jawab yang muncul pada dirinya baik tanggung jawab sesama manusia (horizontal) dan tanggung jawab kepada Tuhan (vertikal) sebagai wujud penghambatan.

11.  Sifat Malu
           Rasa malu merupakan sifat yang menjadi pagar penghalang bagi manusia dalam melakukan hal-hal yang berbenturan dengan norma agama, hukum dan sosial. Ketika rasa malu sudah tidak ada, maka muncullah manusia-manusia yang berbuat semaunya dan melakukan kerusakan dimuka bumi seperti tidak ada lagi akan sehat dan hati nuraninya sudah terkalahkan oleh nafsu belaka. Oleh karena itu, dalam tunjuk ajar melayu manusia diajarkan untuk selalu mengedepankan rasa malu dan menebarkan nilai-nilai kebaikan.

12.  Kasih Sayang
           Sebagai manusia yang tinggi derajatnya dibandingkan makhluk lainnya dengan dibekali akal sebagai kelebihan maka manusia selalu dituntut menyebarkan kasih sayang antar sesama manusia dan hatinya sebagai filter jika ia salah dalam ertindak dan silap dalam berucap.
  
13.  Hak dan Milik
           Tunjuk ajar melayu mengajarkan kita tentang bagaimana menilai sesuatu pada jalurnya. Mana yang hak dan milik kita dan mana yang bukan hak dan milik kita. Sehingga kehadiran kita tidak merugikan orang lain. Sehingga jika ini diinternafisikan dalam kehidupan kita maka tidak akan ada lagi yang berani korupsi yang merupakan nama lain dari mengambil hak orang lain yang meraja lela seperti sekarang ini.

14.  Musyawarah dan Mufakat
           Orang Melayu selalu mengajarkan segala sesuatu perlu diselesaikan dengan musyawarah dan mufakat. Dengan musyawarah dan mufakat segala persoalan seberat apapun akan terasa mudah diselesaikan dan keputusan bersama yang menguntungkan bagi seluruh masyarakat.

15.  Keberanian
           Prinsip ini merujuk pada yang selalu berani, sebagai kesatria, taat dan setia dalam memperjuangkan mana hak mana yang batil, baik untuk kepentingan diri sendiri, keluarga dan hidup bernegara. Itulah prinsip orang Melayu. Orang tua dulu mengatakan “adat jantan berani, adat perempuan lembut hati. Lebih lanjut orang tua-tua juga mengatakan “siapa yang berani ia terpuji dan siapa yang takut ia terhanyut dan adat lelaki berani mati, adat perempuan membela kehormatan.”

16.  Kejujuran
           Sifat jujur selalu melekat dalam jiwa orang Melayu. Nilai kejujuran harus selalu dipegang teguh. Orang tua-tua mengatakan “siapa jujur, hidupnya mujur”. Disamping itu dalam penggalan kalimat kejujuran dalam Tunjuk Ajar Melayu berbunyi “apa tanda Melayu jati,lurus dan jujur sampai ke hati, jujurnya tidak berbelah bagi, hidupnya jujur sampailah mati, lidahnya jujur hatinya suci, jujur bermulut, lurus dihati, karena jujurnya maulah mati, membela kebenaran berani mati.”

17.  Hemat dan Cermat
           Orang Melayu selalu mengajarkan bahwa hidup tidak boleh boros dan harus jauh dari pola hidup konsumtif seperti yang melanda bangsa kita pada saat ini. Pola hidup konsumtif mengarah pada gaya hidup yang berlebihan.

18.  Sifat Rendah Hati
           Rendah hati merupakan sifat terpuji yang ada dalam diri manusia dan ini melekat dalam diri orang Melayu sebagai jati diri. Sebagaimana kata “Melayu” itu sendiri berawal dari kata “Melayukan” yang artinya merendahkan hati, berlaku lemah lembut dan ramah tamah. Orang tua dulu selalu mengatakan “adat Melayu merendah selalu”, dan “siapa yang berlagak sombong, dadanya hampa kepalanya kosong”. Begitulah sejatinya orang Melayu yang jauh dari sifat sombong, angkuh.
           Kata rendah hati bagi orang melayu bukan seorang pengecut melainkan cerminan dan kebesaran hati dan menghormati orang lain. Bak kata pepatah orang yang rendah hati itu seperti padi yang semakin berisi semakin merunduk. Lebih lanjut sifat merendah hati juga tampak jelas dalam pepatah Melayu (Ahmad,1964) yang berbunyi “bercakap biar ke bawah-bawah, mandi biar ke hilir-hilir, jangan bawa sifat ayam jantan, tapi bawalah sifat ayam betina, kalau pergi ke rantau oang.”
  
19.  Bersangka Baik terhadap Sesama Makhluk
           Orang Melayu selalu melihat dan menilai seorang dengan gabungan hati dan pikirannya sehingga selalu berpikiran positif. Berbaik sangka sesama manusia itulah yang harus dilakukan.

20.  Sifat Perajuk
           Selain beberapa sifat yang disebut pada bagian sebelumnya orang Melayu juga dikatakn sebagai perajuk, karena ketika tersinggung mereka suka menjauhkan diri atau di zaman Belanda orang melayu sering disebut Melayu kopi daun sebagai bentuk penghinaan kepada orang melayu.
           Namun pada aspek lain sebetulnya sifat perajuk seperti itu menunjukan bahwa orang Melayu selalu bersikap tidak mau membesar-besarkan sesuatu yang akan berujung pada pertengkaran dan sejenisnya. Sehingga bisa dikatakn orang Melayu memiliki sifat selalu mengalah ketika itu berujung pada hal-hal negatif.

21.  Sifat Tahu Diri
           Tahu diri  merupakan salah satu sifat orang Melayu dimana ia menyadari sepanuhnya bahwa ada hidup setelah mati (akhirat) dan hakikat hidup dan kehidupan didunia, tahu diapa dirinya, tahu dari mana asalnya, tahu untuk apa hidup didunia dan kemana akhir hidupnya. Sifat ini membentuk konsep diri sebagai manusia seutuhnya.

22.  Keterbukaan
Melalui proses keterbukaan itu pula adat resam Melayu menjadi kaya dengan variasi, sarat dengan simbol (lambang) dan falsafah. Kekayaan khasanah nilai itu dapat disimak antara lain dari keberagaman alat dan kelengkapan upacara adat, dari alat dan kelengkapan pakaian pakaian adat, dari bentuk dan ragam hias rumah, dari alat dan kelengkapan ruamh tangga, dari upacara-upacara adat dan tradisi, dari ungkapan-ungkapan adat (pepatah petitih, bidal, ibarat, perumpamaan, pantun, gurindam, seloka, syair dll), yang mereka warisi turun temurun. Karenanya, tidaklah berlebihan bila ada yang berpendapat, bahwa khasana budaya Melayu merupakan “ samudera budaya dunia”, sebab di dalam budaya Melayu memang terdapat berbagai unsur budaya dunia. Dengan sifat keterbukaan itu pula budaya Melayu mampu menyerap beragam unsur budaya luar, sehingga memperkaya khasanah budaya Melayu itu sendiri.
Dari sisi lain, keterbukaan budaya Melayu tidaklah bermakna “terdedah tanpa penapis”, sebab adat istiadat Melayu menjadi salah satu penapis utama dari masuknya unsur-unsur negatif budaya luar. Nilai-nilai adat yang Islami itulah yang senantiasa menyaring dan memilah setiap unsur budaya luar yang masuk. Unsur yang baik mereka serap dengan kearifan yang tinggi, sedangkan yang buruk merka buang dan jauhkan.

23.  Sifat Pemaaf dan Pemurah
Wahai ananda kekasih ibu,
Mengaku salah janganlah malu
Memaafkan orang jangan menunggu
Hati pemurah menjauhkan seteru
 (Kutipan Syair Melayu)
Konsep negara bangsa modern telah membangunself-conceptsetiap warga suatu negara tentang siapa dia, berasal dari lingkungan apa dan negara mana. Pemikir asal Mesir, Sayyid Yassin, dalam bukunya“As-Syakhshiyah Al-Arabiyah baina Mafhumi Az-Zaat wa Shurati Al-Akhor”mengatakan bahwaself-conceptdibentuk secara sadar, terencana dan dinamis, yaitu selalu berubah dan berkembang sesuai dengan perubahan dan perkembangan kondisi internal dan eksternal. Dari perubahan dan perkembanganself-conceptinilah hubungan antar individu atau kelompok, maupun hubungan antar dua bangsa dapat dijelaskan. Adanyaself-conceptdalam diri anggota-anggota sebuah negara menciptakan identifikasi siapa “kita” dan siapa “mereka”. Dalam kasus hubungan antara bangsa Indonesia dan Malaysia, bangsa Indonesia dipandang sebagai “mereka” oleh bangsa Malaysia, meskipun secara etnisitas dan budaya berasal dari rumpun yang satu. Sedangkan warga Malaysia keturunan Arab, India dan Cina merupakan bagian integral dari “kita” meskipun secara budaya, ras, dan bahasa mereka datang dari rumpun yang berbeda.
24.  Sifat Amanah
Orang Melayu paham betul bahwa pemimpin merupakan teraju yang akan membawa perubahan bagi suatu negeri. Tersebab memahami hal inilah orang Melayu memosisikan pemimpin ‘ditinggikan seranting dan didulukan selangkah’. Menjadi seorang pemimpin bukanlah perkara mudah, pemimpin harus menjadi ‘sitawar dan sidingin’ yang mampu menciptakan keadilan, kesejahteraan dan kemakmuran bagi masyarakat.
Sebagai pengingat sepanjang waktu bagi pemimpin di negeri ini, dibuatlah berbagai nasehat dalam bentuk karya seni. Salah satu karya seni yang mengabadikan nasehat untuk pemimpin itu adalah lagu ‘Lancang Kuning’. Lirik lagu ‘Lancang Kuning’ menyimbolkan negeri seperti kapal bernama Lancang Kuning. Kapal ini menuju ke tengah laut pada malam hari, dan seandainya nakhoda atau kapten (pemimpin) kurang paham, maka alamatlah kapal akan tenggelam. Tentu banyak rintangan dan halangan bagi seorang nakhoda dalam melayari kapalnya dan untuk itulah diperlukan strategi yang jitu seorang nakhoda. Salah satunya adalah membaca tanda-tanda laut. Konteksnya pemimpin hari ini di negeri ini dapat mengetahui dan memahami ‘gelombang’ yang sedang ‘ditagak’ oleh masyarakat.

25.  Memanfaatkan Waktu
           Waktu tidak boleh terbuang sia-sia sebab waktu tak bisa diulang. Jangan sampai menyesal kemudian, tidak ada artinya, karena “nasi telah menjadi bubur”. Generasi muda tak boleh menggunakan waktunya untuk bermain-main saja tanpa mengerjakan hal-hal yang positif. Apalagi, pada zaman yang serba canggih sekarang, permainan-permainan digital banyak yang menyita waktu belajar.
           Bagi orang Melayu, yang berprofesi sebagai pelaut dan peladang misalnya, memanfaatkan waktu tidak semata soal mengisi waktu luang, tetapi sangat tergantung dengan keadaan musim atau cuaca. Mereka hidup sangat bersebati dengan alam lingkungan yang memiliki putaran waktunya sendiri. Jika lalai, mereka harus menunggu putaran musim berikutnya.

26.  Berpandangan Jauh ke Depan

27.  Mensyukuri Nikmat Allah
Hukum Mensyukuri Nikmat Allah merupakan topik yang selalu menarik untuk dibahas. Terlebih lagi syukur sendiri merupakan salah satu hal yang dapat menunjukkan seberapa besar kadar keimanan seseorang. Pada kenyataannya banyak umat islam yang masih tidak mengerti nilai dan esensi dari bersyukur ini sendiri, padahal jika kita melihat apa yang sudah Allah berikan dan karuniakan kepada kita. Maka barangkalai rasa syukur kita kepadaNya tidaklah cukup untuk dapat mewakili ribuan bahkan jutaan nikmat yang diberikan kepada kita.
28.  Hidup Sederhana


             ( Ilham )

Related Posts

No comments:

Post a Comment

Terima Kasih telah berkunjung di pengetahuan kepri, silah kan beri komentar dan saran yag positif.